IQNA

Kajian Kontradiksi Tradisionalis dan Modernis Dunia Islam,

Perubahan Opini Religi, Pendekatan Pelopor Islamisme Politik

16:41 - January 05, 2018
Berita ID: 3471839
IRAN (IQNA) - Dua kelompok politik tradisionalis dan modernis dalam dunia Islam memiliki peran signifikan dalam menjelaskan pokok-pokok politik dan ideologi yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam dan setiap dua kelompok berupaya menggambarkan rute untuk para penganutnya.

Menurut laporan IQNA, reformisme agama atau kebangkitan agama dan atau dengan kalimat yang lebih komprehensif, modernisasi adalah sebuah proses dimana menuntun orang-orang agamis dengan menilik inside religion dengan memaparkan pandangan atau sebuah kinerja praktis untuk menghilangkan khayalan, menghidupkan dan menonjolkan kitab suci dan kembali ke pokok ideologi para pembawa agama.

Diantara kriteria mendasarnya adalah membusanai keyakinan Muslim dari takhayul dan ajaran sesat dan kembali ke Islam orisinal dan dasar-dasar serta harmonisasi ajaran dan pedoman agama dengan akal dan tuntutan-tuntutan waktu.

Sementara itu, tradisionalisme adalah prosedur yang mengkritik keras modernisme dan falsafah baru di barat serta hendak menghidupkan ilmu dan akal dalam arti suci.

Keyakinan sentral dan mendasar dalam ajaran ini adalah keyakinan akan akal abadi, yang berdasarkan pada kehadiran satu hakikat supranatural bersama, abadi dan global di dalam tradisi-tradisi kredibel agama dan ilmu eksperimen serta mengkritik ilmu eksperimen modern, yang memiliki pendekatan sekuler terhadap dunia dan manusia. Aliran ini sangat efektif atas studi komparatif agama di era sekarang ini.

Sejatinya tidak dapat mengkontradiksikan dua kelompok ini dan menyandingkannya satu sama lain, karena para pendukung dua kelompok ini juga dalam implementasi tujuan dan pandangannya memiliki titik temu di beberapa bagian dan berselisih dalam bagian lainnya.

Di sini tidak akan dibahas perbedaan esensial dua aliran ini, karena sebelumnya sudah ada ratusan makalah dan buku-buku ilmiah yang mendetail telah mengupas hal ini, namun dengan melihat perkembangan aktivitas lembaga ilmiah, budaya dan studi al-Mukminun bila Hududin lil Dirasat wa al-Abhats (Kaum Mukmin tanpa Batas untuk pengkajian dan pembahasan), dirasa perlu untuk mengulang kembali dimensi kedua bagian tersebut.

Para pelopor reformisme agama berupaya menyodorkan dalil dengan tujuan esensi baru dan dengan melihat eksperimen rilnya sehingga semaksimal mungkin melihat secara realistis akan tema-tema dan kelaziman dunia baru dan dalam rangka kehadiran efektif dan aktif yang dapat diterima oleh audien kontemporer yang ada.

Para Pelopor Islam Politik

Perubahan Opini Religi, Pendekatan Pelopor Islamisme Politik

Hasan al-Banna, yang dikenal sebagai pendiri Jamaah Ikhwanul Muslimin dan pembimbing pertama umumnya di Mesir dapat dikatakan adalah orang pertama yang memiliki dampak sangat mendalam atas pemikiran Islam pada abad ke-20.

Ia berkeyakinan satu-satunya faktor pemberi identitas di setiap masyarakat adalah Islam, dan sangat menentang tendensi etnis, sekular dan liberal. Menurutnya, setiap tempat yang di situ ada umat muslim adalah tempat aktivitas umat muslim dan dianggap sebagai kawasan muslim.

Perubahan Opini Religi, Pendekatan Pelopor Islamisme Politik

Sebaliknya, Rashid al-Ghanusyi, pemimpin Islamisme Tunisia dan termasuk penentang sistem politik pendahulu Tunisia tidaklah terlalu senang dengan pemikiran ini dan dengan menerima urusan-urusan hakiki, berupaya memaparkan kombinasi antara umat Islam dan umat yang terkungkung dalam sebuah batasan jelas politik dan geografi.

Dimulainya Protes Masyarakat

Setelah dimulainya protes masyarakat di Tunisia, al-Ghanusyi, pemimpin partai Islam al-Nahdhah Tunisia dan termasuk penentang Sekularisme, setelah 20 tahun akhirnya kembali ke negaranya. Ia menyebut tujuannya adalah berpartisipasi dalam urusan politik Tunisia. Al-Ghanusyi setelah kembali ke Tunisia, bersama Abdel Fattah Moro, Shalahuddin Jursyi dan Hamida al-Naifar, mendirikan komunitas pembela Alquran.

Nampaknya, salah satu alasan pemikiran al-Ghanusi khususnya kombinasi antara umat Islam dan rakyat terkungkung dalam satu perbatasan jelas politik dan geografi disebabkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Tunisia dan berpengaruh dalam pendapat dan pandanganya.

Di antara karyanya adalah Harakat Imam Khomeini wa Tajdid hayat Islam, Thariquna ila al-Hadharah/Jalan Kita Menuju Peradaban, al-Mar’ah baina Alquran wa Waqi’ al-Muslimin/Wanita dalam Alquran dan Masyarakat Muslim, dan Muqarabat fi al-Ilmaniyyah wa al-Mujtama al-Madani/Pendekatan Sekularisme dan masyarakat Madani.

Lembaga ilmiah, budaya dan studi Mukminin Tanpa Batas telah mengoyak batasan ilmiah topik-topik kebudayaan, makrifah dan agama dan menyiapkan wacana dialog, ideologi dan kritik agama semaksimal mungkin. Menurut kajian produksi-produksi, lembaga ini dapat diketahui hanya upaya markas ilmiah ini dalam mendukung dan memublikasi kembali ideolog reformisme para penelitinya yang berupaya menyiapkan kesempatan dan ranah tepat untuk bertukar dan interaksi ideolgi dan pelbagai pemikiran, dan kritik serta analisis warisan-warisan agama.

Dengan melihat sejumlah riset yang telah dilakukan di lembaga ini dan lembaga-lembaga dunia Arab lainnya, gerakan terjemahan karya lembaga ini ke dalam bahasa-bahasa lainnya seperti bahasa Persia dapat membantu produksi ilmu dan mengurangi anggaran beragam studi di negara dan mengenal pandangan dunia secara utuh akan perubahan-perubahan Islamisme politik di dunia Arab.

 

http://iqna.ir/fa/news/3678087

 

captcha