Babak semi final musabaqoh Internasional Alquran mahasiwa muslim ke-6 terselenggara atas prakarsa organisasi aktivitas Quran akademi negara, dan bekerja sama dengan Jaringan Alquran dan IRIB.
Musabaqoh ini direkam di studio organisasi Alquran Akademisi, serta juga studio cannel Quran IRIB dan dalam dua kategori, qiraat tahkik dan hafalan seluruh Alquran. Sementara itu Rahim Khaki adalah juri suara dan nada, Syaikh Muhammad Fahmi Abdul Sayid Ashfur, adalah juri tajwid dan ibtida dari negara Mesir, dan di bidang hafalan seluruh Alquran dipegang oleh Mu’taz Aghai.
Para juara musabaqoh ini akan memasuki babak final musabaqoh internasional Quran mahasiswa muslim yang keenam, yang akan diadakan di Masyhad pada tanggal 27 April selama tiga hari, sementara itu delegasi Iran dalam musabaqoh ini adalah Mojtaba Fardfani dalam kategori hafalan seluruh Quran dan Mehdi Gholamnejad dalam kategori qira’at.
Babak semi final musabaqoh internasional Quran mahasiswa muslim ke-enam diselenggarakan dengan dihadiri sekitar 100 partisipan dari 50 negara dunia, dan musabaqoh ini disiarkan dari tanggal 29 Maret tahun ini selama 10 malam, dalam bentuk program "Isra’ Internasional" dari cannel IRIB.
Dalam hal ini, IQNA melakukan wawancara dengan Muhammad Fahmi Abdul Sayid Ashfur, ustad, qori Mesir dan juri musabaqoh, menanyakan kepadanya tentang tingkat partisipan dalam musabaqoh ini dan keragaman negara-negara partisipan.
Keragaman partisipan
Juri Mesir pertama memuji bagus tingkat keseluruhan musabaqoh dan berkata, kehadiran partisipan dari pelbagai negara di babak semi final musabaqoh adalah salah satu poin positif.
Dia mengatakan bahwa beberapa partisipan, seperti qori Mesir dan Suriah, melakukan sangat baik dalam makharij hurufnya dan menjaga hukum dan kaidah-kaidah tajwid dengan piawai, meskipun sebagian besar partisipan di segmen ini lumayan cukup bagus.
Pengaruh Bahasa Arab
Qori kenamaan Mesir ini menekankan dampak pengajaran bahasa Arab pada pada pengeluaran makharij huruf secara sahih. “Belajar bahasa Arab umumnya efektif dalam mekanisme berbicara dan mengucapkan kalimat dan kata-kata, namun menimba Bahasa Alquran dengan tanpa mempelajari bahasa Arab juga memungkinkan. Ada orang yang bahkan tidak tahu bahasa Arab tetapi mereka dapat melantunkan tilawah Alquran dengan baik,” tegasnya.
Dia menambahkan, ini adalah kriteria Alquran, yang mana Allah telah merealisasikannya tanpa harus belajar bahasa Arab, dan belajar bahasa ini tidak menjadi syarat untuk mempelajari Alquran, namun untuk tilawah yang bagus Anda harus mendengarkan suara para guru dan pengajar Alquran dan mengiktuinya.
Pelatihan dan Bimbingan
Ashfur lebih lanjut mengevaluasi baik penyelenggaraan babak semifinal musabaqoh dalam bentuk televisi dan tidak hadir, ia juga mengungkapkan, tujuan dari musabaqoh ini tidak hanya untuk memberikan nilai dan penghargaan semata, namun melatih dan membimbing termasuk salah satu tujuan dari penyelenggaraan musabaqoh ini.
“Harus diselenggarakan sebuah pertemuan setelah musabaqoh dan berbicara tentang kesalahan para partisipan dan bagaimana memperbaiki kesalahan-kesalahan ini,” lanjutnya.
Juri Mesir menyarankan bahwa akan lebih baik bagi juri di semifinal musabaqoh supaya diberikan banyak waktu untuk berbicara tentang hukum-hukum tilawah dan menjelaskan kesalahan partisipan, karena juri tidak akan bisa mengungkapkan semua poin tentang tilawah partisipan hanya dalam waktu satu menit.
Kehadiran Perempuan
Pengajar terkemuka Mesir ini sehubungan dengan kemungkinan kehadiran perempuan dalam musabaqoh internasional Quran mahasiswa muslim mengatakan, perempuan adalah pendidik generasi dan mereka harus akrab dengan Alquran, jadi tidak ada larangan masuknya perempuan ke musabaqoh Quran ini dan dengan membentuk komite juri dari perempuan qurani dalam musabaqoh adalah hal yang mungkin.
Dia juga menambahkan hafalan hadis Nabi (saw) dan Imam (as), serta menukilkan sanad riwayat-riwayat ini yang berkaitan dengan satu surah khusus sebagai bagian yang dapat ditambahkan dalam musabaqoh di tahun-tahun mendatang dan mengatakan, kehadiran para ulama di hauzah ilmiah dan pusat-pusat ilmu agama dalam musabaqoh ini akan membuat musabaqoh diselenggarakan secara lebih umum dan lebih sempurna.
Penyampaian poin-poin penjurian dan pertimbangan para juri kepada para partisipan dan memberikan solusi untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan para kompetitor dalam tilawah setelah musabaqoh termasuk salah satu rekomendasi yang dipaparkan oleh ustad Mesir ini untuk penyelenggaraan babak final musabaqoh ini.
http://iqna.ir/fa/news/3705556